Jalan Tol Menuju Surga
Maret 25, 2008 — sirbram
Ketika
Allah menciptakan surga dan neraka beserta amalan-amalan menuju
keduanya, katika itu terjadilah dialog antara Allah Ta`ala dengan
Jibril `Alaihissalaam. Dialog itu diberitakan oleh Rasulullah Shalallahu `Alayhi Wasallam sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shalallahu `Alayhi Wasallam bersabda: ”Ketika
Allah menciptakan surga dan neraka, diutuslah Jibril kepada surga, maka
Allah berfirman:`pergilah ! lihatlah kepada surga itu dan kepada apa
yang telah aku sediakan untuk mereka yang ingin menuju surga itu.’ maka
Jibrilpun pergi dan melihat kepada surga itu dan kepada apa yang telah
Allah sedikan bagi calon penghuninya. Maka Jibrilpun kembali dan
berkata `demi kemulyaanmu Yaa Allah tidak akan ada seorangpun yang
mendengar tentang surga itu, kecuali pasti akan memasukinya.’ Maka
Allah memerintahkan surga dan memenuhi jalan-jalan menuju surga itu
dengan Al Makarih (berbagai ketidaksenangan). Maka Allah memerintahkan
Jibril: `kembalilah, dan lihat kepada surga itu dan kepada apa yang
telah aku sediakan untuk calon penghuninya!” maka Jibrilpun melihat
kembali kepada surga itu, kemudian kembali, maka Jibril berkata `demi
kemulyaanmu Yaa Allah, sungguh aku khawatir bahwa tidak akan ada
seorangpun yang bisa memasuki surga.’. Kemudian diutuslah jibril ke
neraka, Allah berfirman: `pergilah, lihatlah kepada neraka itu dan
kepada apa yang telah aku persiapkan bagi calon penghuninya.’ maka
Jibrilpun melihat kepada neraka itu, maka tiba-tiba ia melihat api
neraka itu saling bertumpuk-tumpuk, kemudian ia kembali dan berkata:
`demi kemulyaanmu Yaa Allah, tidak akan ada seorangpun yang akan masuk
neraka kalau dia mendengar tentang siksa neraka’, lalu Allah
memerintahkan neraka, lalu dipenuhilah jalan menuju neraka itu dengan
asy syahawaat, lalu allah berfirman: `pergilah dan lihatlah kepada
neraka itu’, maka jibrilpun pergi melihat kemudian kembali dan berkata:
`demi kemulyaanmu Yaa Allah aku kawatir tidak ada seorangpun yang
selamat dari neraka kecuali pasti akan memasukinya’.” (H.S.R.Muslim)
Rahasia Dibalik Nikmatnya Maksiat Dan Beratnya Berbuat Taat
Dalam sabda Rasulullah Shallallahu `alayhi wasallam diatas diterangkan kepada kita bahwa Allah telah menciptakan pada jalan kesurga itu ”al makarih” (berbagai ketidak senangan) dan diciptakan pula pada jalan menuju ke neraka ”Asy-syahawat” (berbagai kesenangan). Manusia yang semulanya dipastikan semuanya akan menempuh jalan ke surga, namun dengan diletakkannya Al-Makarih itu
disekeliling surga, maka hampir tidak ada manusia yang mau menempuh
jalan ke surga itu karena demikian besar godaan yang muncul dari Al Makarih tersebut.
Demikian pula sebaliknya, manusia yang semula dipastikan tidak akan ada
yang mau menempuh jalan ke neraka, namun setelah Allah letakkan Asy-syahawat
pada jalan menuju neraka tersebut, maka hampir saja seluruh manusia
berbondong-bondong menempuh jalan ke neraka karena demikian hebatnya
godaan Asy-Syahawat tersebut.
Dua
perkara diatas sudah cukup membuat kita khawatir terhadap diri kita.
Namun tidak cukup sampai disitu, masih ada faktor lain yaitu yang
datang dari diri manusia itu sendiri yakni sifat dasar manusia yaitu
tidak sabar dan tergesa-gesa yang menyebabkan manusia itu gampang putus
asa dalam dalam menempuh jalan ke surga dengan berbagai al makarih tersebut dan gampang tersedot masuk kedalam neraka dengan berbagai godaan syahwat.
Sehingga wajar ketika orang itu merasa mudah dan nikmat ketika
bermaksiat kepada Allah, sementara untuk berbuat ta`at rasanya sangat
berat.
Terbebas dari Al Makaarih dan Asy Syahawaat
Demikian
beratnya jalan menuju surga, sehingga seakan-akan tidak akan ada
manusia yang mampu menempuh jalan kesurga tersebut. Namun Alhamdulillah,
Allah Ta`ala dengan kasih sayangnya memberikan sebuah jalan alternatif
bagi kita untuk menuju ke surga. Dimana jalan tersebut adalah jalur
bebas hambatan alias jalan tol sehingga kita bisa terbebas dari segala
macam gangguan tadi dalam upaya kita menempuh jalan menuju surga. Hal
ini diberitakan Rasulullah Shalallahu `Alalyhi wasallam :“Dan
barang siapa menempuh satu jalan, yang dijalan itu ia tempuh dalam
rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju
surga.”(H.R.Muslim). Dari hadits diatas, dijelaskan kepada kita
bahwa salah satu cara agar kita dimudahkan olah Allah jalan menuju
surga yaitu dengan menuntut ilmu. Muncul pertanyaan, ilmu yang mana ?
berhubung ilmu itu ada bermacam-macam.
Ilmu Apakah yang dimaksud ?
Berhubung
definisi ilmu yang sedang kita bahas ini adalah istilah agama, maka
pengertiannya harus dikembalikan kepada agama. Maka dalam hal ini ada
beberapa Ayat Al Qur`an dan hadits Nabi Shallallahu `alayhi wasallam yang menerangkan definisi ilmu. Antara lain seperti firman Allah Ta`ala dalm surat Al Mujadalah (11): “Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat .”(Q.S. Al Mujadalah (11)). Didalam
ayat ini Allah Ta`ala memberitakan bahwa Allah akan mengangkat ke
beberapa derajat yang lebih tinggi bagi 2 golongan, yaitu orang-orang
yang beriman dan yang berilmu. Kemudian Rasulullah Shallallahu `alayhi wasallam juga menerangkan mengenai kedudukaan ilmu. Antara lain dalam sabda beliau Shallallahu `alayhi wasallam: “Para ulama adalah pewaris para nabi, namun mereka tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut sungguh ia telah mendapatkan bagian yang banyak dari warisan tersebut” (H.R Abu dawud dan Tirmidzi).
Di dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu `alayhi wasallam menjelaskan bahwa warisan terbaik bagi manusia adalah ilmu, bukan
harta. Sebab ilmu merupakan warisannya orang-orang termulya yaitu para
Nabi, sehingga barang siapa yang ingin mengambil warisan yang terbaik,
maka hendaknya ia mengambil ilmu para Nabi tersebut. Dan barangsiapa
yang ingin mendapatkan warisan tersebut dalam jumlah banyak, maka
hendaknya ia mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari mereka dengan cara
mempelajarinya. Dan ilmu yang diajarkan oleh para Nabi tidak ada lain kecuali Ilmu Agama.
Kemudian lebih tegas lagi Rasulullah Shallallahu `alayhi wasallam menerangkan mengenai definisi ilmu antara lain dalam sabda beliau Shallallahu `alayhi wasallam: “Barangsiapa dikehendaki Allah atasnya kebaikan niscaya ia akan difahamkan akan agamanya” [H.R Al Bukhary dan Muslim]. Maka
tegaslah dalam hadits ini bahwa ilmu yang dimaksud adalah ilmu agama,
bukan yang selainnya. Yaitu ilmu yang menjadikan orang tersebut faham
tentang agamanya, dimana dengan memiliki ilmu ini, mengindikasikan
bahwa orang tersebut termasuk orang yang Allah Ta`ala kehendaki
kebaikan atasnya, dan ilmu tersebut adalah.
Menuju Surga Tanpa Hambatan
Setelah
kita mengetahui karakteristik jalan menuju surga, kemudian mengenal
keutamaan dan kedudukan ilmu agama, maka mestinya kita mengupayakan
semaksimal mungkin untuk mendapatkan ilmu tersebut. Dan satu-satunya
jalan untuk mendapatkan ilmu tersebut hanyalah dengan cara Thalabul
`ilmi (belajar). Ilmu agama ini tidak bisa diperoleh dengan lamunan,
khayalan, mimpi, bertapa dan sebagainya. Ilmu agama ini
hanya bisa diperoleh dengan cara belajar, sebagaimana yang dilakukan
oleh para ulama` kita, dimana beliau-beliau menghabiskan waktu, harta
dan tenaga mereka untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi Shalallahu `Alayhi Wasallam dalam rangka belajar dan memperdalam ilmu agama mereka.
Semakin
banyak kita menghabiskan waktu untuk belajar tentang ilmu agama ini,
baik langsung kepada guru-guru yang terpercaya ilmunya atau melalui
kitab-kitab peninggalan para ulama, maka semakin besar peluang kita
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang telah Allah janjikan tadi,
yaitu golongan yang dimudahkan dalam menempuh jalan ke surga. Dan
tentunya bagi orang-orang yang berakal, pilihan untuk menempuh jalan
tol bebas hambatan menuju surga Allah Ta`ala, merupakan pilihan yang
sangat menggiurkan, mengingat beratnya hambatan-hambatan pada jalan
menuju surga tersebut. Wallahu A`lamu Bish Shawaab.
Yaser Ibrahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar